Mmmmmmm......ada apa ini? sok geura di Baca Heula,Ya. Mengapa AirPutih? Mengapa bukan nama lain? Banyak pertanyaan senada ditujukan kepada saya, Uconk dan Rahman saat membuat milis AirPutih. Kemudian, mengapa tidak ditutup saja? Sehingga hanya member yang bisa mengakses? Lalu, mengapa mau bersusah payah mengatur milis tanpa imbalan?
Semuanya terangkum dalam sebuah prolog yang kami kirimkan secara otomatis kepada setiap member baru.
Begini isinya…
Di suatu hari di awal musim semi, seekor siput memulai perjalanannya memanjat sebuah pohon ceri. Beberapa ekor burung di sekitar pohon itu melihat sang siput dengan pandangan aneh.
“Hei, siput tolol,” salah seekor dari mereka mencibir, “Pikirmu kemana kamu akan pergi?”.
“Mengapa kamu memanjat pohon itu?” berkata yang lain, “Di atas sana tidak ada buah ceri.”
“Pada saat saya tiba di atas,” kata si siput, “Pohon cerinya akan berbuah.”
Demikianlah.
Banyak hal unik dan menggelitik dalam setiap cerita. Namun, tanpa kita sadari, banyak inspirasi umat manusia yang sebenarnya berawal dari hal remeh. Lihatlah Leonardo da Vinci. ‘Hanya’ dengan melamun di depan pelataran berumput sambil mengagumi ciptaan tuhan beserta fenomena yang mengiringi, dia mampu mengkonsep helikopter. Meski akhirnya Igor Sykorsy yang menterjemahkan melalui bahasa mekanis dan teknologi.
Lepas dari proses perkembangannya ketika helikopter menjadi salah satu alat pembunuh ciptaan Tuhan, da Vinci telah membuktikan satu hal : Sekolah terbaik telah diciptakan oleh Tuhan. Dengan bahasa Ilahi, Tuhan mengingatkan, maka celakalah orang-orang yang tidak berfikir.
Cerita-cerita yang saya rangkum dari keluasan beberapa sumber (situs internet, milis, email, buku, agenda pribadi dan cerita lisan kawan ngobrol) yang dibatasi oleh kemampuan saya mengumpulkan, akhirnya dapat tersusun dengan banyak celah dan keruwetan tatanan. Sebab, jika boleh ada pembenaran atas keterbatasan, saya pada awalnya hanya menandai cerita tertentu sebagai lead atau pelatuk atau pengantar pada tulisan saya belaka. Saya suka menandai segala sesuatu dengan cara saya sendiri. Salah satunya, saya menebalkan ketikan pada cerita yang begitu kuat dan menyeruak masuk dalam nurani terdalam. Namun, saya yakin, kelak semua huruf akan menjadi tebal. Selaras dengan rasa dan keinginana untuk proses pembuktian dan perhatian.
Banyak orang suka membaca buku, mengikuti milis dan mengakses situs berisi cerita unik seperti di sini. Namun, banyak juga yang memilih cerita tertentu saja. Misalnya karenan alasan agama. Kami –bersama keyakinan dan pengetahuan yang dangkal tentang kaidah open source- sangat membuka diri menerima cerita dari mana saja. Sedemikian terbukanya, hingga saya meutuskan juga unutk tidak menjadikan file ini sebagai file read only. Namun menjadi sebuah file archieve. Semua orang bisa dan sangat diharapakan membuka serta menambahnya.
Jika banyak buku rohani bertitel Sup Ayam untuk Jiwa, maka cerita di sini hanyalah segelas air putih. Tidak ada rasa, tidak ada istimewa. Selain waktu yang tepat kita meminumnya, beserta nilai fungsi yang lebih universal. Apasih yang sebenarnya lebih kita butuhkan di kegersangan wacana rohani kita? Segelas air putih atau semangkuk sup ayam ? Yang jelas, butuh dana besar untuk mendapatkan sup ayam
Kelak pohon ceri(ta) ini akan berbuah pada saat saya mencapai puncaknya. Bersama Anda semua, yang saya tahu pasti, akan menambah pesat laju pohon ini dengan cerita Anda. Entah dari manapun juga datangnya. Kalau toh akhirnya pohon juga harus mengering, mati dan roboh. Biarlah pohon ini akan membatu, mengkaku dan menyatu dalam hati kita. Menjadi prasasti kebesaran sekolah Ilahi. Melalui guru fenomena dan kurikulum semangat belajar kita.
Semangat belajar dari alam, dari fenomena, dari siput dan pohon ceri…
Semuanya terangkum dalam sebuah prolog yang kami kirimkan secara otomatis kepada setiap member baru.
Begini isinya…
Di suatu hari di awal musim semi, seekor siput memulai perjalanannya memanjat sebuah pohon ceri. Beberapa ekor burung di sekitar pohon itu melihat sang siput dengan pandangan aneh.
“Hei, siput tolol,” salah seekor dari mereka mencibir, “Pikirmu kemana kamu akan pergi?”.
“Mengapa kamu memanjat pohon itu?” berkata yang lain, “Di atas sana tidak ada buah ceri.”
“Pada saat saya tiba di atas,” kata si siput, “Pohon cerinya akan berbuah.”
Demikianlah.
Banyak hal unik dan menggelitik dalam setiap cerita. Namun, tanpa kita sadari, banyak inspirasi umat manusia yang sebenarnya berawal dari hal remeh. Lihatlah Leonardo da Vinci. ‘Hanya’ dengan melamun di depan pelataran berumput sambil mengagumi ciptaan tuhan beserta fenomena yang mengiringi, dia mampu mengkonsep helikopter. Meski akhirnya Igor Sykorsy yang menterjemahkan melalui bahasa mekanis dan teknologi.
Lepas dari proses perkembangannya ketika helikopter menjadi salah satu alat pembunuh ciptaan Tuhan, da Vinci telah membuktikan satu hal : Sekolah terbaik telah diciptakan oleh Tuhan. Dengan bahasa Ilahi, Tuhan mengingatkan, maka celakalah orang-orang yang tidak berfikir.
Cerita-cerita yang saya rangkum dari keluasan beberapa sumber (situs internet, milis, email, buku, agenda pribadi dan cerita lisan kawan ngobrol) yang dibatasi oleh kemampuan saya mengumpulkan, akhirnya dapat tersusun dengan banyak celah dan keruwetan tatanan. Sebab, jika boleh ada pembenaran atas keterbatasan, saya pada awalnya hanya menandai cerita tertentu sebagai lead atau pelatuk atau pengantar pada tulisan saya belaka. Saya suka menandai segala sesuatu dengan cara saya sendiri. Salah satunya, saya menebalkan ketikan pada cerita yang begitu kuat dan menyeruak masuk dalam nurani terdalam. Namun, saya yakin, kelak semua huruf akan menjadi tebal. Selaras dengan rasa dan keinginana untuk proses pembuktian dan perhatian.
Banyak orang suka membaca buku, mengikuti milis dan mengakses situs berisi cerita unik seperti di sini. Namun, banyak juga yang memilih cerita tertentu saja. Misalnya karenan alasan agama. Kami –bersama keyakinan dan pengetahuan yang dangkal tentang kaidah open source- sangat membuka diri menerima cerita dari mana saja. Sedemikian terbukanya, hingga saya meutuskan juga unutk tidak menjadikan file ini sebagai file read only. Namun menjadi sebuah file archieve. Semua orang bisa dan sangat diharapakan membuka serta menambahnya.
Jika banyak buku rohani bertitel Sup Ayam untuk Jiwa, maka cerita di sini hanyalah segelas air putih. Tidak ada rasa, tidak ada istimewa. Selain waktu yang tepat kita meminumnya, beserta nilai fungsi yang lebih universal. Apasih yang sebenarnya lebih kita butuhkan di kegersangan wacana rohani kita? Segelas air putih atau semangkuk sup ayam ? Yang jelas, butuh dana besar untuk mendapatkan sup ayam
Kelak pohon ceri(ta) ini akan berbuah pada saat saya mencapai puncaknya. Bersama Anda semua, yang saya tahu pasti, akan menambah pesat laju pohon ini dengan cerita Anda. Entah dari manapun juga datangnya. Kalau toh akhirnya pohon juga harus mengering, mati dan roboh. Biarlah pohon ini akan membatu, mengkaku dan menyatu dalam hati kita. Menjadi prasasti kebesaran sekolah Ilahi. Melalui guru fenomena dan kurikulum semangat belajar kita.
Semangat belajar dari alam, dari fenomena, dari siput dan pohon ceri…
0 komentar:
Posting Komentar